Rabu, 30 Desember 2009

Akhir dari Perburuan

Selama beberapa hari ini akumelakukan perburuan. Yah, mumpung lagi liburan yang berarti aku bisa leluasa ke warnet, tidak terkurung di dalam pondok. Ya, tempatku berburu memang tidak di terminal atau di Pantai Jodoh, apalagi di hutan, tapi aku berburu di warnet, dalam dunia maya.

Terhitung mulai dari hari ahad, yang kunamai sebagai 'Hari F5' (baca potingan hari F5) hingga hari ini, Kamis 31 Des. di penghujung tahun 2009, aku bertekad mengakhiri aksi perburuan ini.

Sebetulnya sewaktu hari F5 aku sudah mendapatkan buruanku di warnet Oby,net, yaitu film kambing jantan full movie yang terbagi dalam 15 file. Semuanya sikses kudonlot, tapi sayang beribu sayang, sebelum file donlotan itu ku-send to Flashdisk listriknya padam. Zeeep... dalam sekejap monitor dan kawan-kawan mati total.

Aku tak menyerah, sebab aku adalah laki-laki. Di lain waktu, Selasa 29 Des. 09 aku berburu lagi. Kali ini di eEngsty.net. Dan sukses semua file kambing jantan dalam genggamanku (baca:Flashdisk). Semua data di folder donlotan sudah ku-check, dan ternyata betul semua sudah ku-send to.

Sesampainya di rumah ku buka flashdiskku. Baik-baik saja. Kubuka folder donlotan yang kunamau Ilham. Nggak terjadi apa-apa. Kuputar satu file dari kambing jantan, bisa aja. Setelah itu ku-rename nama-nama file-nya, biar mudah ngenalinya gitu,

Setelah keluar dari folder Ilham, dan ngerapiin Folder lainnya, aku balik lagi ke folder Ilham. Dan di situ aku mendapati keanehan tersendiri. Kok, icon foldernya berubah ya... Bentuknya sih masih folder icon pada umumnya, tapi agak kecilan dan seperti dilapisi oleh kaca persegi sama sisi di permukaannya. Kucoba doubleclick. Tiktik... Kok nggak kebuka ya... Ah, mungkin kurang cepat. Lagi, tiktik... Masih nggak kebuka. Lho ada apa ini. Ato touchpad-nya rusak ya? A, nggak mungkin, slelect aja masih bisa.

Kucoba lagi klik sekali di folder Ilham, trus di-ENTER. Hah, nggak bisa dibuka juga ada apa ini. Saat itu aku deg-degan setengah hidup. Kambing jantan kan film yang sangat ingin aku tonton selama ini. Dengar-dengar sih, di bioskop kalimantan filmnya nggak diputar, cuma di pulau jawa doang. Apalagi CD or DVD-nyam, nggak ada yang jual, mau nggak mau musti donlot.

Saat-saat aku kebingungan, tiba-tiba icon folder Ilham tadi berubah lagi, metamorfosis yang lebih mengenaskan. Iconnya jadi berbentuk selembar kertas kosong (icon di windows Vista apabila file tersebut tidak bisa dibuka dengan aplikasi yang tersedia di com.). Tapi bukannya buka folder itu cuma pakai explorer, ini malah nggak bisa dibuka, barang setengah (emang ada setengah)

Aku mulai curiga ini pekerjaan siapa. Aku gerakan cursor ke folder Ilham tadi dan ternyata benar, ukuran file tersebut juga ikut berubah yang asalnya ratusan MB, jadi 4 KB doang! Sial, untuk sementara aku menduga mungkin ini perbuatan virus atau semacamnya.

Kemudian di lain kesempatan. Aku berburu lagi di warnet yang baru kukenal. Tapi di situ loadingnya bikin bete. Jadilah aku donlotannya cuma 3 file. Nggak papa lumayan, bisa nyicil.

Besoknya aku lunasi cicilanku dengan sempurna di Engsty.net, yaitu hari ini, hari Kamis 31 Desember di penghujung tahun 2009, aku akhiri perburuan film kambing jantan full movie dengan happy ending. Yeah...!

Senin, 28 Desember 2009

Ujian Kelabu

Monday, 28 Desember 2009

Hari ini ulangan terakhir. Ulangannya bangai! Bayangin semua soal yang keluar lepas dari bacaanku. Ceritanya kan kemarin pas hari ahad habis ulangan aku refresh dulu, aku manamainya hari F5, buat yang doyan ngecom pasti tahu. Biasalah jalan-jalan hunting warnet(baca postingan sebelumnya). (Flashback bentar)Makanya pas malamnya aku capek banget. Baru juga pukul 10 malam aku udah ngorok(bayi banget ya). Sebelum tidur tuh aku cuman baca-baca kitab hadist dikitan aja.

Pas pukul 3 dini hari aku kebangun. Baca dan hapal satu hadist, trus tidur lagi, kebangun lagi baca dan hapal satu lagi, trus tidur lagi, baca dan hapal atu lagi trus tidur lagi. Selalu begitu sampai kau hapal delapan hadist, pas banget bab yang diujikan kan delapan bab, jadi tiap bab diwakili oleh satu hadist. Biasanya pertanyaannya mudah: اذكرحديثامن باب تحريم الظلم! (sebutkan satu hadist dari bab haramnya berbuat dzolim) misalnya, yah tinggal tulis satu hadist selese. Atau: تمم الحديث الآتي! (sempurnakan hadist yang akan datang, maksudnya isi yang bolong-bolongnya) biasanya hadist yang disempurnakan itu juga hadist yang pertama. Jadi intinya kalau soalnya nggak kayak tadi, tamatlah aku.

Esok harinya, soal bpun dibagi. Sebelum melihat soal aku berdo’a. aku baca soal pertama. Soal ujian di sini tuh rata-rata cuman sepuluhan, tapi jangan anggap remeh pertanyaannya dalam format essai, satu soal aja jawabannya minta ampun cerewetnya.

Soal-soalnya sih aku rada-rada lupa gitu, yah kurang lebih beginilah:

Soal pertama. Ah, disuruh menyempurnakan hadist, tapi bukan hadist yang pertama. Perasaan ini sih hadist kedua tapi aku nggak hapal juga, cuman kebaca lewat doang. Yah, nggak papa cuman kecolongan satu soal, masih banyak soal yang lainnya yang menanti kejeniusan aku.

Soal kedua. Hah, menyempurnkan hadist lagi, dan lagi-lagi bukan hadist pertama yang kuhapal. Bahkan lebih parah dari soal peratama, kali ini aku malah nggak tahu kalau hadist di soal kedua ini ada di bahan ulangan. Aku agak sedikit gelisah. Tapi, ah, nggak papa, cuman kecolongan dua soal masih ada banyak soal di bawahnya lagi. Aku pun berlanjut ke pertanyaan berikuktnya.

Soal ketiga. Lho yang ditanyakan maksud dari suatu istilah yang ada di catatan kaki, biasanya letaknya di bagian bawah halaman, tulisannya kecil-kecil dan imut-imut. Biasanya tiap kali ulangan atau ujian hadist aku pasti bakal ngapalin catatan kaki. Nggak tau kenapa ulangan kali ini aku lupa ngapalnya. Udah kecolongan tiga nih. Wajahku agak berubah. Sebelumnya ini nggak pernah terjadi. Biasanya kalau nggak dapat itu di pertanyaan yang akhir-akhir. Kalau yang pertama yang mudah-mudah dan soal berikuktnya makin sulit aja. Ini baru pertanyaan yang awal-awal udah nggak dapat, apalagi seterusnya. Biar bagaimana pun aku harus tetap optimis. Yak, lanjut ke soal berikutya.

Soal keempat. Aku udah nggak tau harus berbuat apa-apa. Lagi-lagi lepas dari bacaanku. Aku mulai lepas kendali. Perasaan, aku pengen makan yang buat nih soal kurang belajar.

Soal kelima. Aku kalut. Nggak tau. Apalagi muka belakang bisik-bisik: Ham, nomor 5. Ham, nomor7.ham, nomor 2. Arrggghhh….. Manyuk-manyuk.

Soal keenam dan seterusnya aku udah nggak sanggup lagi mengenangnya, itu terlalu menyakitkan *menyeka ingus*. Kecuali soal kesepuluh, ada titik terang dikiiiiiiit bangeeeeeet.

Setelah menganalisis per mata pelajaran jawaban selama ulangan kali, aku mustahil menjadi rangking satu atau masuk tiga besar bahkan sepuluh besar. Buktinya pas ngoreksi hasil ulangan usul fiqh dah qowaid fiqh (aku n 2pren dapat kepercayaan ngoreksi. Masing-masih aku mendapat nilai 7 dan 6. Sedangkan yang lain rata-rata 8 dan 9 bahkan ada yang sampai nilai sempurna.

Mungkin sudah saatnya aku nggak rangking lagi. Jujur selama ini rangking satu nggak membuatku bangga sedikit pun kecuali pas bagi rapor. Bukan maksdunya aku sombong atau meremehkan rangking satu, tapi di situ aku benar-benar nggak nemuin kepuasan batin. Terlebih ortu, pas tau anaknya rangking satu, dia cuman ngucap Alhamdulillah, dan entah mengapa di kuping terdengar hambar.

Sangat berbeda saat aku SD dulu. Aku nggak pernah rangking. Tau-tau pas ujian kelulusan aku rangking 5. Bah, aku merasa telah mengalahkan A. Einsten. Dan lagi pas awal-awal masuk Al Falah waktu di tingakat tajhizi, semester kedua aku mendapat rangking 3. Aku yang nggak terbiasa rangking ini, merasakan suatu yang sulit dijelasin. Rasa gimana gitu.

Karirku di dunia rangking terbolak-bolik di tiga besar. Yang paling sering di 1 dan di 2. Mungkin karena sudah terbiasa rangking aku tidak meraskan apa-apa lagi. Seperti kebal gitu. Allah telah mengatur segalanya dan dia selalu memilihkan yang terbaik. Oleh karena itu aku beranggapan ada baiknya aku mampir lagi di urutan ke 13, ke 20 atau berapalah, asal jangan 10 dan 3 besar, biar ntar jika aku ada kesempatan numpang di peringkat 1 lagi, aku bisa merasakan rasa yang telah hilang itu.

07.59AM

Hari F5

Sunday, 27 Des. 09
Hari habis ulangan aku diajak ke Banjarbaru. Ya udah aku sanggupi aja. Sekalian refreshing. Biasanya kalau refresh di com tuh tekan F5, jadi aku beri nama aja hari adalah hari F5.
Aku masuk warnet OBY.net dekat UNLAM. wiuhhh.... internetnya cepat juga. Bahkan aku sampai bingung mau donlot apa lagi. Clip Sherina udah. Wannabe udah. Kambing jantan full movie juga udah. Game-game yang asik udah. nge-FB ya juga udah. Apalagi nge-blog juga udah. Menjarah di com warnet juga udah. Ah... senengnya kalau semua warnet secepat ini. Dan aku pun nunggu donlotan game yang bentar lagi selese, abis tu pindahin data donlotan ke plasdisk. Yap semua yang perlu beres.
Pas lagi nunggu donlotan tiba-tiba terjadi sesuatu di luar kepalaku (kalau dalam kepala, itu namanya sakit kepala). Sesuatu yang mengerikan sepanjang sejarah warnet, menakutkan seluruh warneter seluruh dunia, bahkan lebih menakutkan ketimbang internet yang lamban kayak jalannya semut pincang.
Arrefhdgfhdjfjlggggghhhh.... Listrik padam. Hueeekkk...(lho, kok pake acara muah?) semua data yang kudonlot tadi belum kupindah ke Fd-ku. Masih di data D!
Intinya secepat apapun warnet kalau nggak ada listrik seperti lampu nggak ada listirknya, yaitu MATOT (mati total).
PS: Aku sih ke depannya berharap kalau setiap warnet tuh punya jenset atau UPS yang bisa nyimpan listik barang lima menit, biar hal seperti ini nggak terjadi lagi. (Salah aku juga sih naro donlotannya nggak ke Fd.).

Kamis, 24 Desember 2009

Wednesday, 16 Des. 2009

Aku takut bila harus kehilangannya lagi. Benar-benar aku tak bisa membayangkan hal itu terjadi lagi. Aku bingung bakal mau apa.
Berkali-kali aku telah kehilangan dia. Padahal dia yang selalu menemaniku saat aku membutuhkannya. Dia selalu setia menungguku. Tapi aku nggak selalu bisa menunggui dia , soalnya dia senantiasa di depan pintu. Aku tak bisa menghitung atau mengira-ngira lagi, berapa banyak aku telah kehilangannya. Sungguh menyakitkan, apa lagi pas mama nanya,”Sudah sandal keberapa yang kamu hilangkan, Nak?”
Aku betul-betul lupa berapa sandal yang telah kuhilangkan yau. Yang jelas sudah mencapai puluhan pasang. Sebelum sandal itu tipis pasti keburu hilang. Malang benget yau?
Aku kan mondok di Ponpes Al Falah Banjarbaru. Di pesantren ini tuh para santrinya pada demam bola gitu. Jadi kalau pas lagi jalan kaki tuh nggak bisa diam. Ada aja yang ditendang-tendang. Keganasan kaki santri ini bis a memakan korban berupa batu, kucing lagi nyantai tiduran ato yang pas lagi pup*cyaak…* (suatu suara misterius di alas kaki, hueeek….). Tapi yang paling bikin kesal malah sandalku juga ikut menjadi korban kebiadaban itu.
Kalau nggak teliti dalam meletakkan sandal, wah bahaya tuh. Aku sering naroh sandal di pelataran asrama, pas pengen makai, lho sandalnya tinggal satu. Mana satunya lagi?
Pernah juga aku kehilangan sandal sepulang dari lab. Bahasa. Waktu itu aku menghabiskan sore di situ, soalnya nggak ada kerjaan. Mending nonton film di lab. Yup, aku nyelinap ke lab tanpa seizin dewan guru. Kan kunci lab-nya kalau nggak di aku yah, di teman lainnya, Staf OSIS gitu loh…
Pas hampir magrib aku pengen pulang dan baru sadar kalau sandalku udah nggak ada di tempatnya, huhu… dua-duanya pula. Ini pasti ada yang ngambil dengan sengaja. Belakangan aku liat lagi sandalku yang hilang itu, tapi cuman sebelah doang. Malas ah ngambilnya. Beli lagi yang baru.
Ada juga pas tengah hari aku naro sandal di pelataran asrama secara sembarangan (biasanya aku naronya di bawah pohon kecil di samping pelataran). Aku tidur siang dan bangunnya pukul enam sore (aku kan staf OSIS, jadi nggak kena sanksi kalau nggak sholat berjama’ah). Pas waktu mo make sandal ambil air wudhu, bah, sandalnya tinggal sebelah.
Aku langsung memicing tajam ke arah got. Pasti masuk ke situ dan dibawa arus hingga ke tempat pembuang akhir yang letaknya di area terbuang di belakang Ponpes. Malas ah nyarinya. Beli lagi. Terus begitu. Hilang mulu.
Hingga akhirnya, untuk ke sekian kalinya aku nelpon ortu minta dibelikan sandal, coz ortuku mo mampir ke pondokanku dekat-dekat ini. Jadilah pada tanggal 12 malam minggu aku dibawakan sandal volcon hitam. Aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dan aku takkan membiarkan sandal ini berakhir tragis seperti pendahulunya. Karena sandal ini hitam maka kuberi nama Aswadi
Tapi bayang-bayang kehilangan terus menghantuiku. Malah sudah merabah ke dalam alam mimpiku. Terakhir, hingga postingan ini di pajang, aku sudah mimpi dua kali. Itu belum termasuk halusinasi yang seolah-olah aku kehilangan si Aswad.
Mimpi pertama: Waktu itu aku baru bangun tidur nguap sana nguap sini. Nggak tau kenapa aku mo keluar asrama. Pas mo keluar AHHHHRRGGGHHHHAAHGRRR…….!!! Si Aswad hilang, tinggal sebelah kirinya saja (kiri ato kanan yau, ah pokoknya hilang sebelah!) saat itu juga aku langsung terbangun dari mimpi burukku (kali ini bangun beneran). Hah…hah… tenyata hanya mimipi, sukur deh.
MImpi kedua: Baru malam tadi.Kali ini masih dalam mimpi (ya iyalah namanya juga mimpi). Saat itu aku lagi di aula. Tiba-tiba terjadi suatu huru-hara karena berebut sandal. Aku pun ambil peran dalam huru-hara itu. Tapi aku nggak nemu sandalku. AAAARRGGHHHG….!!! Aku ribut nyari sandalku sambil nyusup-nyusup di antara kaki-kaki orang. Ternyata aku nggak sendirian, temanku yang namanya Azmie juga kehilangan sandalnya.
Lalu secara ajib aku langsung berada di atas trotoar dari kayu yang bercelah. Di antara celahnya aku melihat si Aswad ada di bawah situ.
“Ah, sandalku,” teriakku. Tapi aku nggak bisa ngambilnya. Tanganku nggak bisa masuk ke celah yang kecil itu. Tanpa disadari Nikita Willy, aku ngebenturin kepalaku yang mahal ini ke trotoar itu. Kali aja kayunya patah. Ternyata nggak tuh. Sampai akhirnya aku terbangun. Aku pastikan sandalku masih ada di tempatnya. Oh, masih ada.
Aku sudah bertekad bakal ngejaga Aswad baik-baik. Bahkan tekadku sudah bulat Aswad ini akan kupertahankan hingga hari wisuda nanti (beberapa bulan lagi ujian, trus wwisuda deh). Aku bakal memproteksinya dari segala kemungkinan hilang. Doakan aja moga-moga hubunganku dengan si Aswad tetep rukun dan dapat berkah. Amien.[]

Ilham
Asrama Zaid, 16 Des. 09
Di siang yang mendung

Thursday,10 Des. 09

Thursday,10 Des. 09
Tanggal 10 Desember 2009 bertepatan hari kamis di penghujung semester ganjil, waktu jam pelajaran kedua, Ustadz Zain absen!
Tidak hadirnya Ust. Zain dalam kelas adalah suatu kelangkaan sekaligus kegirangan tersendiri bagi kami- kami, pecinta jam kosong. Dengan senang hati kami mengisi jam-jam kosong dengan kegiatan yang hebat-hebat.
Kalo lagi ingat kebodohanku selama ini, aku jadi ingin buka-buka kitab yang tulisannya arab gundul (nggak ada barisnya). Lumayan, buat tambah-tambah ilmu. Sayanganya moment seperti ini nggak berlangsung lama, sebab yang jadi pesoalan aku nggak lihai baca kitab macam itu.
Maka demi menuntaskan dahaga yang keterlaluan atas ilmu (yihaa!) aku ke perpus. Tapi yang ada di situ aku malah larut liat-liat gambar di ensiklopedi warna sambil adem-ademan di bawah kipas angin.
Lain lagi ceritanya ketika jam kosong, eh… kebetulan pas bakat lagi mood-moodnya. Di antara sekian banyak bakat yang kudalami adalah bakat ngerumpi. Topiknya beragam . Dari ngomongin orang-orang jawa kayak Suryadi anaknya Pak Bugimin sampai memikirkan buah rambutan Ust. Hamdi*Dengan mata bersinar menatap rambutan yang telah merah*. Yang paling sering sih saling ngeceritain komik: Conan, Naruto dan One Piece, yang sebenarnya sudah sama-sama dibaca.
Dan masih banyak lagi tindakan hebat yang bisa dilakukan saat jam kosong. Satu hal yang rancak banar aku lakuin pada jam kosong, dan ini adalahsebuah tindakan atas keikhlasan dan tingginya rasa keadilan, suatu revolusioner, menentang batas-batas kemapanan wajar: aku tidur di kelas.
Aku termasuk orang yang kompatibel di bidang pose tidur. Makanya itu selain aku tidur di asrama, aku juga tidur di tempat-tempat lainnya. Malah aku menobatkan kelas sebagai kama tidur kedua.
Suatu hariaku ngomong-ngomong sama Suryadi.
Suryadi : Ham, ntar bikin aja buku tentang tidur, kayaknya lo bakat bener.
AKu : He-eh, kapan-kapan aku ngarang buku seni tidur beserta filosofisnya.
PS: Hingga kini belum terlaksana karena beberapa kendala.

Thinking

Respon otak manusia dalam mengahadapi suatu kasus tidak bermacam-macam, cuma ada dua. Positif thinking dan negatif thinking.
Apakah positif thinking atau malah negatif thinking yang keluar sebagai pemenang dalam merespon dari suatu problema? Itu tergantung pola pikir dan sudut pandang orang yang bersangkutan. Meskipun kasus yang sama dihadapi oleh dua orang yang berbeda. Bukan berarti respon dari dua orang ini juga ikut sama. Berikut ilustrasinya.
Sebut saja orang ini dengan panggilan Ilham. Dia sedang jalan-jalan bersama CBR-nya. Tiba-tiba di suatu jalan ban motor Ilham ini bocor, dan berhenti tepat di depan sebuah bengkel.
“Jarang-jarang ban CBR-gue bocor. Eh, giliran bocor pas dekat bengkel lagi. Alhamdulillah, nggak jauh-jauh gue nyari bengkel.”
Inilah makhluk yang berpola pikir positif thinking.
Lain halnya dengan Azmie. Walaupun mengalami kesialan yang sama dengan Ilham Positif thinking, tapi saat ban Astrea Legenda-nya Azmie bocor dan dia menyadari pas di sampingnya ada bengkel, bah, matanya memicing bak elang bernafsu memangsa anak ayam, sangat mencurigai.
“Pasti jalan di sekitar sini banyak belingnya. Siapa lagi yang bikin ulah kalau bukan pemilik nih bengkel! Biar orang ke bengkelnya kalee… . Cih, nggak sudi gue nambal di bengkel butut gini.Ntar dianya kesenangan dapat pelanggan dari tipu muslihatnya lagi.”
Azmie pun terseok-seok menuntun motor bututnya ke bengkel lain, yang dia dapatkan setelah berjalan 10 KM!
Sangat kontras perbedari respon keduanya, padahal menghadapi kasus yang tidak berbeda. Ini menunjukkan bahwa indikasi dari positif atau negatif thinking seseorang itu berasal dari cara sudut pandang orang itu sendiri dalam mencerna peristiwa yang dialaminya atau di sekitarnya. Sedangkan peristiwa hanya sebagai pemancing respon tersebut. Apapun peristiwanya, sekalipun itu baik,di mata seseorang yang bersudut pandang negatif, hal itu akan menjadi luar biasa busuknya.
Sekarang tinggal kita sendiri yang meginginkan sudut pandang yang macam apa. Apakah ingin melihat sesuatu yang indah melulu atau sebaliknya?

Ilham Wele
Asrama Zaid, 15 December 2009
Sore Yang mendung